Kamis, 24 Juli 2008

Beberapa Jenis Musang


Berikut kami lampirkan foto musang. Jika ingin data dan spesies silahkan hubungi kami dari situs: http://suksestani.indonetwork.co.id/

Kamis, 10 Juli 2008

Pertanaman Kopi di Sidikalang


Bapak RW Sihotang dengan kebun kopinya yang bisa menghasilkan 2,5 ton kopi arabika kering. Beliau tinggal di Desa Bangun I Sidikalang. Senyum cerah beliau adalah gambaran cerahnya kehidupan petani. Benih kopi arabika yang ditanamnya adalah Catimor dari Costa Rica. Ini gambaran berbeda dari kebun kopi yang biasanya adalah Arabika Sigarar Utang.
Jika anda ingin melihat Gambar Indah Pertanaman kopi arabika Sidikalang mohon sabar menunggu di terbitan Vanity Fair edisi Italy yad.

Kopi Luwak yang Kami Kumpulkan


Kopi luwak yang kami sediakan betul-betul asli dari feses musang di kebun kopi Kab. Dairi.

Jika sudah diolah aduh sedapnya!!!! Saya akan menyajikannya untuk anda di pondok kami jika anda berkunjung ke Sidikalang.

Feses Musang di Sekitar Kebun Kopi


Feses musang (luwak) seperti ini kadang-kadang ditemukan petani. Ini memang menjadi sumber benih yang terbaik.
Jika sudah diolah dengan baik akan menjadi minuman yang sangat enak. Jarak 10 m pun harumnya sudah tercium.

Gambar Kopi Arabika dari Sidikalang

Buah Kopi Arabika yang sangat segar ini dapat anda temui sehari-hari di sekitar Sidikalang, Ibukota Kabupaten Dairi.
Petani akan membawanya pulang dari kebun kopi pulang ke rumah dalam hirang, yaitu keranjang khas orang Batak terbuat dari rotan.

TIM REPORTER VANITY FAIR BERKUNJUNG KE DAIRI

Berita ini adalah terbitan Dairi Pers Edisi 94 Tahun III Tanggal 23-29 Juni 2008 Halaman I


Kopi Luwak Sidikalang akan Dimuat pada Edisi yad
Sidikalang - Dairi Pers: Reporter Vanity Fair minggu lalu meliput Kopi Sidikalang, khususnya kopi luwak di Dairi. Majalah Vanity Fair sudah sangat terkenal di kalangan orang kaya (VIP) di dunia.
Vanity Fair terbit pertama kali tahun 1913 di Amerika Serikat. Sekarang majalah internasional tsb terbit di 24 negara sebagai edisi lokal, a.l. Amerika, Inggris, Italia, Jerman, Spanyol, dll. Kehadiran reporter andal majalah top tsb ke Dairi tidak disangka-sangka sebelumnya. Reporter yang datang adalah Mz. Imma Vitelli (Biro Italia), Benjamin Bohane (Fotografer), dan Eko Maryadi yang biasa dipanggil Item (perwakilan mereka di Jakarta).
Berikut wawancara Dairi Pers dengan Ir.John M. Sianturi,Dipl.Agr. (disingkat JMS) yang menyertai mereka pada kunjungan tsb.
Dairi Pers (DP): Apa yang menyebabkan mereka tertarik datang ke Dairi?
JMS: Vanity Fair tertarik dengan nama Kopi Sidikalang. Mereka lebih tertarik lagi karena saya tawarkan KOPI LUWAK ARABIKA SIDIKALANG yang asli. Mereka sangat ingin mengetahui asal dan proses kopi luwak. Karena di New York harga satu gelas kopi luwak U$ 50 (sekitar Rp. 450.000).
DP:Apakah anda sudah mengenal mereka sebelumnya?
JMS: Saya belum mengenal mereka sebelumnya. Saya tiba-tiba saja ditelepon Bung Item. Mereka dari Vanity Fair tertarik menulis artikel tentang kopi luwak sidikalang. Saya pikir ini ajaib karena mereka majalah internasional.
DP:Darimana mereka tahu berhubungan dengan anda?
JMS: Saya sudah mengembangkan hubungan dengan petani kopi kita sejak tahun2 yg lalu. Saya bekerja sama dengan para petani di Dairi untuk menghasilkan kopi luwak yang asli. Lalu saya olah sesuai dengan standar lab sehingga layak untuk kesehatan. Saya menawarkan melalui situs di internet, yaitu: http://www.suksestani.indonetwork.id/. Nah, mereka menghubungi no. telp saya yang ada disitu.
DP:Apa itu kopi luwak?
JMS: Kopi luwak adalah biji kopi yang dimakan musang lalu dikeluarkan menjadi kotoran tidak lama kemudian. Biji kopi ini kemudian harus diproses dengan standar lab sehingga layak untuk diminum.
DP:Kopi luwak ’kan tidak hanya dari Sidikalang, mengapa mereka tertarik ke Dairi?
JMS: Mereka tertarik karena kopi luwak yang saya tawarkan berasal dari pertanian organik dan alami. Musang tidak dipelihara secara khusus seperti di Jawa Timur. Di Dairi musangnya bebas makan apa saja dan hidup liar. Petani saya ajak ikut berusaha dan menjaga mutu kopi luwak. Petani juga harus menjaga kelestarian musang dan lingkungan.
Kesan Vanity Fair
DP: Siapa saja yang mereka wawancarai?
JMS: Hari Selasa kemarin adalah hari pekan Sumbul. Mereka mewawancarai petani kita yang membawa kopi luwak yang masih segar dan kopi biasa di Sumbul dan Tanjung Beringin.
DP:Apa yang mengesankan bagi reporter tsb?
JMS: Mereka terkesan dengan petani kita yang masih polos dan jujur.
DP:Katanya Mz. Imma Vitelli sampai terbahak2?
JMS: Ya, dia kaget bahwa petani kita tidak tahu harga kopi luwak di perdagangan dunia sangat mahal. Ada Inang br. Lahi (52 tahun) tetapi baru merasakan nikmatnya minum kopi luwak sekarang. Kopi tai musang terbuang percuma selama ini, paling-paling dicuci dan dijual harga biasa. Para petani mengatakan kepada Mz. Vitelli bahwa saya pertama-tama dianggap orang gila karena beli tai musang dengan harga sangat mahal. Dia dan Ben, fotografer, tertawa terbahak-bahak.
DP:Apakah petani kita sudah bisa mengolah sehingga siap minum?
JMS: Petani belum mengolah siap minum. Sampai sekarang pengolahan kopi tai musang dari petani menjadi kopi luwak siap minum itu saya lakukan dan awasi langsung. Karena ada tahapan pengolahan untuk standar mutu internasional. Saya memang sediakan kopi luwak yang siap seduh. Kopi luwak tsb selalu saya sediakan jika dibutuhkan, seperti untuk pertemuan tsb.
DP:Barangkali bisa diceritakan sedikit prosesnya, kalau bersedia?
JMS: Proses pengolahan kopi luwak kami lakukan tanpa bahan kimia dengan kebersihan terjamin. Ada tahapan2 dan suhu tertentu sehingga mutu kopi luwak yang kami sediakan terstandarisasi mutu baik. Ini yang kami rahasiakan.
DP: Mz. Vitelli banyak bertanya kepada anda, apa saja?
JMS: Pertama ”pengalaman” dan kedua ”kenapa kopi luwak berbeda dengan kopi biasa?” Saya ceritakan bahwa sebelum memutuskan pindah ke Dairi, saya adalah peneliti hama dan Kepala Lab Pengendalian Hama Vertebrata (Dep. Pertanian). Saya bertahun2 mengamati dan memelihara musang. Saya memutuskan pindah ke Dairi karena yakin dan mampu menghasilkan kopi luwak yang sangat mahal di negara maju. Saya juga bertekad untuk mengembangkan pertanian organik di Dairi. Kopi luwak yang paling mahal adalah hasil dari kopi yang menerapkan pertanian organik.
DP: Saya ulangi pertanyaan Mz. Vitelli, kenapa kopi luwak berbeda dengan kopi biasa?
JMS: Oh, ya. Pertama musang tidak makan sembarangan. Dia memilih hanya kopi terbaik. Yang kedua, pencernaan musang berbeda dengan mamalia lain, kotorannya tidak bau khas bakteri coli. Musang juga memakan buah aren dan riman yang tak mungkin dimakan hewan lain atau manusia. Fermentasi pada perut musang itu belum dapat saya pahami sampai sekarang.
DP:Apakah ada manfaat lain kopi luwak, untuk kesehatan misalnya?
JMS: Saya belum ada info manfaat kopi luwak untuk kesehatan. Mungkin ada sehingga orang berani bayar sangat mahal.
DP:Apakah tamu tsb meminum langsung kopi luwak Sidikalang dan bagaimana komentar mereka?
JMS: Mereka memang meminum kopi luwak arabika sidikalang bersama-sama para petani kita. Mereka mengakui rasa kopi luwak arabika sidikalang lebih creamy dan jelas rasa mocca. Mereka bertanya juga kenapa ada rasa tsb, saya jawab bahwa itulah hasil fermentasi makhluk ciptaan Tuhan. Itu murni kopi luwak. Saya hanya melakukan prosesing tanpa tambahan bahan kimia atau yang lain2.
DP:Bagaimana anda bisa menjaga mutu?
JMS: Saya mampu membedakan mana kopi biasa atau tai musang walaupun masih agak basah. Ini memang adalah hasil pengalaman dan pengetahuan bertahun-tahun.
DP:Apakah ada produk unggul dari Dairi yang menarik juga bagi Vanity Fair?
JMS: Mereka juga sangat tertarik dengan benalu kopi sebagai bahan pengobatan tradisional. Mereka juga berencana akan meliputnya pada waktu yad. Mereka kaget juga mendengar bahwa saya penderita diabetes tetapi bisa sehat dengan benalu kopi. Saya memang memproses benalu kopi agar sesuai dengan standar kesehatan. Ada banyak hasil riset Perguruan Tinggi tentang benalu kopi yang sudah saya kumpulkan. Semoga ini juga bisa mengangkat nama Dairi. Kita memang diberikan Tuhan dengan berkah Tanah Dairi Tanah Harapan. Saya yakin dengan itu.
Pesan dan Kesan
DP:Apakah ada pesan dan kesan anda?
JMS: Bisnis ini kelihatan menarik karena sangat menguntungkan. Yang paling saya kuatirkan adalah pemalsuan. Sekali nama kita cacat di mata perdagangan internasional maka kita hancur. Yang sering bikin ulah adalah pedagang kita karena tergiur untung besar. Buktinya sudah ada, harga vanili dari Sidikalang hancur karena dimasukkan kawat supaya tambah berat. Minyak nilam kita dicampur minyak keruing. Padahal vanili dan nilam sidikalang terkenal paling bagus mutunya pada perdagangan internasional.
DP:Apakah ada pihak lain yang terlibat membantu anda?
JMS: Saya bersyukur karena para atasan pada Dinas kami mendukung mengembangkan ide ini. Saya juga banyak dibantu keluarga. Saya juga bersyukur karena petani di Dairi memiliki tekad dan kejujuran untuk mengembangkan produk kopi luwak ini.
DP:Bagaimana komitmen anda dengan petani Dairi?
JMS: Saya memiliki komitmen tidak mau kaya sendiri. Jika nama kopi luwak kita sudah mendunia dan harganya mahal, maka petani yang betul-betul jujur akan menikmati harga yang jauh lebih mahal dari harga pembelian kami saat ini. Saat ini saja, masih masa promosi, harga dari petani sudah kita buat sangat menarik sehingga beberapa petani memperoleh tambahan penghasilan.
DP:Apa harapan anda selanjutnya?
JMS: Bisnis ini adalah bisnis kepercayaan. Bisnis ini juga membantu petani dan lingkungan hutan kita. Yang jelas Tuhan yang mengarahkan dan membuka jalan dengan teknologi informasi saat ini. Saya selama ini sudah bingung memasarkan, sementara stok sudah banyak. Biaya dan modal sudah puluhan juta juga keluar dari kantong saya pribadi. Eh, tiba2 datang Tim dari majalah internasional untuk menulisnya. Ada beberapa kafe di Jakarta yang sudah kami kirim sampel. Ini bisa mengangkat nama daerah kita, Dairi. Saya betul2 bahagia.
DP:Ada pesan?
JMS: Di ruang tamu Bupati, Wakil Bupati, dan Pemda Dairi kita sajikan kopi luwak arabika sidikalang dan teh dari benalu kopi sidikalang, sehingga tamu2 akan mendapat sajian yang khas. Kopi luwak adalah minuman kemewahan yang terkenal di cafe dan restoran internasional di negara maju. Kopi luwak sidikalang bisa menjadi komoditi unggulan.
DP:Kami tahu Anda cukup dekat dengan para petani Dairi. Apakah ada harapan politik atau hubungan dengan pilkada Bupati, misalnya?
JMS: Apa yang saya lakukan tidak ada kaitan politik apapun dengan pilkada Bupati. Saya datang ke Dairi sudah siap dengan pernyataan tidak menuntut jabatan apa pun. Jadi pengabdi petani pun sudah cukuplah. Rezeki akan diberikan Tuhan. Saya sudah menerima banyak berkat selama ini dan yakin akan banyak berkat (pasu-pasu) lagi pada masa yad.
DP:Hari-hari Anda kami amati cukup sibuk selama ini! Bagaimana anda mengatur waktu?
JMS: Saya memang cukup sibuk karena selain harus mengasuh kolom tetap Sukses Tani pada Dairi Pers, juga sedang merancang Klinik Agribisnis Sukses Tani yang kami harapkan operasional bulan Juli ini. HP saya tetap hidup 24 jam tiap hari untuk melayani pertanyaan tentang pertanian. Walaupun sibuk, saya usahakan tiap hari dimulai dengan misa/ibadat pagi. Ada dorongan yang besar dari Tuhan bagi hidup kita jika hari dimulai dengan doa.